Saya meninggalkan rumah orang tua di usia 18. 10 tahun kemudian saya menemukan pendamping yang dianugerahkan tuhan sebagai penggenap iman. 2 tahun selanjutnya saya menemani si kecil berlari-larian di sebuah playground sambil mengejar kecil berupaya menyuapinya makan siang yang sedikit terlambat.
Senyum saya lebih merekah ketimbang tawanya sesaat setelah berhasil memasukkan sebuah bola ke dalam kolam bola asalnya. Siapa yang menyangka. Tuhan memang penggores mahakarya kehidupan setiap ciptaannya.
Maksud saya, siapa yang menyangka hal sesederhana ini bisa membuncah rasa bahagia.
Maksud saya, nikmat tuhan mana lagi yang bisa didustakan…
“Falah,…yok duduk dulu…capek…capek…ayoo..duduk dulu….”
Surabaya, 16 Februari 2015